Carlos Tavares telah mengundurkan diri dari posisi CEO Stellantis setelah berselisih dengan beberapa orang di perusahaan. Meskipun demikian, dia menegaskan bahwa dia tidak dipecat dan memutuskan untuk pergi dengan persyaratannya sendiri setelah berbicara dengan ketua John Elkann. Mengakui bahwa dia bisa melakukan banyak hal dengan cara yang berbeda selama di Stellantis, Tavares merasa menyesal gagal mendapatkan dukungan dari para dealer di Amerika Serikat untuk agenda pemangkasan biaya. Meskipun laba bersih perusahaan turun 70 persen tahun lalu, dia tidak merasa masa lalu terlalu penting selama perusahaan tersebut masih menguntungkan.
Setelah enam bulan pencarian, Stellantis telah menunjuk mantan pimpinan Jeep, Antonio Filosa, sebagai CEO baru. Tavares menganggap Filosa sebagai pilihan yang logis dan kredibel, meskipun mengakui bahwa tantangan di depan sangat besar, terutama dalam mengelola portofolio merek yang luas. Rumor penjualan Maserati cepat dibantah, sementara merek seperti Lancia, DS Automobiles, dan Abarth menghadapi tantangan dalam pengembangannya. Peluncuran kembali merek Chrysler di AS dianggap sebagai prioritas dan diharapkan Filosa akan dihadapi dewan direksi yang solid dalam mengambil keputusan-keputusan strategis.
Dalam kondisi “mode bertahan hidup” industri otomotif, Tavares meninggalkan Stellantis dengan harapan agar perusahaan bisa menemukan keseimbangan biaya antara mobil listrik dan bensin. Hal ini menciptakan sebuah tantangan bagi Filosa untuk membawa perusahaan kembali ke jalurnya dalam menghadapi persaingan ketat, tekanan regulasi di Eropa, dan mempercepat proses elektrifikasi. Transisi kepemimpinan ini memberikan kesempatan bagi Filosa untuk membangun kembali dan memperbaiki masalah yang terjadi selama ini di Stellantis.