Minyak babi, atau yang lebih dikenal sebagai lard, adalah produk olahan dari lemak babi yang sering digunakan dalam berbagai jenis masakan. Penggunaan minyak babi populer dalam kuliner karena mampu memberikan tekstur renyah dan rasa gurih pada masakan. Namun, bagi sebagian masyarakat, terutama umat Muslim, mengonsumsi minyak babi dihindari. Masalahnya, identifikasi minyak babi dalam makanan tidak selalu mudah karena tidak selalu tercantum pada label kemasan. Hal ini membuat konsumen perlu lebih waspada saat memilih produk makanan.
Minyak babi didapat dari proses melelehkan lemak babi yang disaring hingga menghasilkan minyak bersih dengan rasa netral. Minyak babi berbentuk padat berwarna putih atau krem pucat dalam suhu ruangan dan mencair menjadi lemak bening saat dipanaskan. Minyak ini digunakan dalam berbagai teknik memasak seperti menggoreng, memanggang, dan menumis untuk menghasilkan hasil akhir renyah dan gurih. Tersedia juga ciri-ciri makanan yang mengandung minyak babi, seperti tekstur yang lebih renyah, aroma dan rasa khas, ketahanan lebih lama, dan istilah tertentu pada label produk.
Menghindari konsumsi minyak babi perlu dilakukan dengan memeriksa label produk secara teliti, mencari sertifikat halal, bertanya pada penjual, dan menggunakan aplikasi pendeteksi. Dengan peningkatan kewaspadaan, konsumen dapat lebih hati-hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Pemahaman mengenai ciri-ciri makanan yang mengandung minyak babi juga perlu ditingkatkan agar konsumen bisa lebih selektif dan yakin dalam memilih makanan sehari-hari. Pengetahuan ini penting untuk menghindari bahan-bahan yang tidak sesuai dengan prinsip atau keyakinan pribadi.