Kuasa hukum korban pelecehan seksual, RZ dan DF, yang diduga dilakukan oleh mantan Rektor Universitas Pancasila (UP) berinisial ETH (72), bertemu dengan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) karena merasa kasus ini tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan. Menurut salah satu kuasa hukum korban, Yansen Ohoirat, rentang waktu proses penyelidikan hingga penyidikan selama kurang lebih 1 tahun 5 bulan dianggap terlalu panjang. Hal ini membawa mereka untuk mengadu perihal profesionalitas tim penyidik kepada Kompolnas guna memastikan penanganan kasus dugaan pelecehan seksual ini berjalan dengan baik.
Meskipun kasus ini telah masuk tahap penyidikan, namun telah berlalu kurang lebih 10 bulan tanpa adanya perkembangan mengenai tersangka yang diidentifikasi. Kuasa hukum korban lainnya, Amanda Manthovani, juga merasa diragukan kredibilitasnya oleh para korban dalam kasus ini. Mereka mengungkapkan bahwa seringkali penyidik tidak responsif terhadap pertanyaan yang diajukan melalui pesan WhatsApp atau telepon. Oleh karena itu, mereka berharap laporan yang disampaikan ke Kompolnas dapat direspons dengan serius dan kasus ini dapat segera diselesaikan karena sudah terlampau lama ditangani.
Pihak Kepolisian Daerah Metro Jaya mengatakan bahwa kasus ini masih dalam proses sidik dan belum menetapkan tersangka. Kepala Subdirektorat Remaja, Anak dan Wanita (Kasubdit Renakta) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, AKBP Evi Pagari, menjelaskan bahwa proses penanganan kasus ini harus melibatkan berbagai pihak terkait. Mantan Rektor UP, ETH, telah menjalani pemeriksaan visum et psikiatrikum di RS Polri atas dua laporan polisi terkait dugaan pelecehan seksual yang dilaporkan oleh RZ dan DF. Semua pihak berharap kasus ini dapat segera dituntaskan untuk memberikan keadilan bagi korban.
