Depok, sebuah kota yang terletak di sebelah selatan Jakarta, memiliki sejarah dan asal usul nama yang menarik. Nama “Depok” tidak hanya sekadar identitas kota, tetapi juga mencakup perjalanan panjang melibatkan budaya lokal dan pengaruh kolonial. Sejarah versi nama “Depok” memiliki beberapa asal usul yang menarik, salah satunya berasal dari bahasa Sunda “padepokan”, yang artinya pertapaan. Namun, ada juga versi lain yang menghubungkan nama Depok dengan singkatan De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen, yang artinya “Organisasi Kristen Protestan Pertama” pada tahun 1950-an. Nama Depok juga terkait dengan sejarah Cornelis Chastelein, seorang Belanda yang membentuk komunitas Kristen di wilayah tersebut.
Cornelis Chastelein, yang lahir di Amsterdam pada 10 Agustus 1657, memiliki latar belakang dalam perdagangan dan administrasi keuangan. Setelah bergabung dengan VOC, perjalanan karier Cornelis melibatkan peningkatan pangkat hingga mencapai posisi tertinggi di perusahaan tersebut. Namun, merasa tidak nyaman dengan kebijakan eksploitasi VOC terhadap penduduk pribumi, Cornelis memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan beralih ke bidang pertanian. Hal ini membuatnya membeli tanah luas di Depok dan membawa budak dari berbagai daerah di Nusantara untuk bekerja di sana.
Keputusan Cornelis untuk memberikan kepemilikan tanah kepada para pekerja dan memperlakukan mereka secara adil menjadi titik balik penting dalam sejarah Depok. Kini, kota Depok telah berkembang menjadi bagian dari metropolitan Jabodetabek, dengan kehadiran Universitas Indonesia sebagai salah satu ciri khasnya. Jejak sejarah Cornelis dan komitmennya terhadap keadilan dan martabat manusia masih terasa dalam budaya dan kehidupan masyarakat Depok saat ini.
