Pada Kamis, 27 Februari 2025, lagu berjudul ‘Bayar Bayar Bayar’ yang dinyanyikan oleh band Sukatani menggema di depan Markas Kepolisian Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Mapolda Kalsel) di Kota Banjarbaru. Massa aksi kamisan memutar lagu kontroversial ini di depan anggota kepolisian sambil membentangkan sejumlah spanduk dengan tagar #KamiBersamaSukatani dan pertanyaan “Polisi Takut Seni?” Mereka mengkritik tindakan Polri terhadap band Sukatani yang kemudian berdampak pada salah satu personilnya. Salah satu anggota massa kamisan, Iqbal, mengungkapkan bahwa band Sukatani, yang biasanya menyampaikan kritik melalui lirik lagu dengan menutupi wajah, sekarang harus membuka identitas mereka dan menghadapi pemecatan dari pekerjaan mereka.
Aksi kamisan yang dilakukan oleh Iqbal dan rekan-rekannya bertujuan untuk menegaskan bahwa kritikan terhadap pemerintah masih hidup di Kalimantan Selatan. Mereka juga menyoroti bahwa proses pelaporan intimidasi yang mereka alami tidak mendapatkan langkah lanjutan dari pihak yang berwenang. Sebelumnya, grup band punk asal Purbalingga, Sukatani, telah menarik lagu ‘Bayar Bayar Bayar’ dari platform musik digital karena liriknya yang mengkritik kepolisian. Personel Sukatani secara terbuka meminta maaf kepada Kapolri dan institusi kepolisian atas konten lirik lagu mereka yang menyoroti pembayaran kepada polisi. Menariknya, dalam permintaan maaf tersebut, personel band Sukatani, Muhammad Syifa Al Lufti (gitaris) dan Novi Citra Indriyati (vokalis), untuk pertama kalinya memperlihatkan wajah mereka kepada publik.
