Kamis, 12 September 2024 – 18:07 WIB
Jakarta, VIVA – Wakil Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND) Deka Kurniawan mendorong semua elemen masyarakat untuk tidak mengasihani penyandang disabilitas hingga memberikan previlage yang justru membatasi hak mereka.
Hal itu dikemukakan Deka dalam seminar bertajuk “Kita Inklusi, Kita Berprestasi” yang diselenggarakan Universitas Trilogi, Jakarta, bekerja sama dengan Jurnalis Kreatif dan lembaga riset IDP-LP di Atrium Universitas Trilogi, Jakarta, Rabu.
“Hukum internasional saat ini telah menjadikan paradigma terhadap disabilitas berubah, dari sebelumnya charity base atau berbasis belas kasih, menjadi right base, yaitu pemenuhan hak,” katanya.
Deka menjelaskan paradigma charity membuat penyandang disabilitas terlihat sebagai sosok yang tidak berdaya.
“Tidak mampu, sehingga diberikan previlage tapi justru merugikan. Tidak boleh melakukan apa-apa, tidak boleh diberi kesempatan, karena dilihat dari sudut pandang disabilitas, padahal mereka memiliki hak yang sama,” kata Deka dalam keterangannya di Jakarta.
Di hadapan sekitar 800 mahasiswa baru Universitas Trilogi yang mengikuti seminar tersebut, Deka menekankan bahwa charity base berdasarkan belas kasih dan kemampuan. Sebaliknya, right base mewajibkan pemenuhan hak penyandang disabilitas dalam segala kondisi.
“Kalau charity base itu bisa membantu ya membantu. Sama seperti sedekah, kalau kita punya uang bisa sedekah, itu charity base. Tapi kalau right base, kita punya uang, kita tidak punya uang, kita mampu atau tidak mampu, kita harus memberikan apa yang menjadi haknya, harus disediakan apa yang menjadi kebutuhannya. Harus diatasi apa yang menjadi hambatan dan kendalanya,” katanya.
Pria yang sempat menjadi jurnalis dan aktif sebagai pendiri Rumah Autis di tahun 2004 itu mengatakan bahwa stigma negatif masih sering dialami penyandang disabilitas dan berharap mahasiswa dapat menjadi agen perubahan untuk meningkatkan kesadaran tentang hak disabilitas.
Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Universitas Trilogi Jakarta Anies Lastiati menyambut baik penyelenggaraan seminar yang membahas isu inklusi di dunia pendidikan.
“Kegiatan itu menunjukkan kepedulian atas pemenuhan hak disabilitas di lingkungan pendidikan, khususnya di Universitas Trilogi. Sudah beberapa tahun ini, Universitas menerima mahasiswa disabilitas sebagai peserta didik,” ujarnya.
Dalam acara yang sama, perwakilan Jurnalis Kreatif Bachtiar berharap kegiatan serupa dapat dilakukan di berbagai lingkungan akademis lainnya, baik di perguruan tinggi maupun di sekolah.
“Kami berharap kesadaran yang muncul di lingkungan pendidikan dapat menular ke berbagai aspek masyarakat. Sehingga semua pihak menyadari pentingnya pemenuhan hak disabilitas dan inklusi untuk membuat Indonesia menjadi negara maju yang tangguh dengan sumber daya manusia hebat dan saling menghargai atas dasar kesetaraan,” katanya. (Ant)