Rabu, 26 Juni 2024 – 00:10 WIB
VIVA – Keluarga mencoba untuk tegar merelakan kepergian Afif Maulana, seorang bocah 13 tahun di Padang, Sumatera Barat, yang ditemukan tewas mengambang di bawah Jembatan Kuranji, Kota Padang, pada Minggu pagi, 9 Juni 2024.
Baca Juga :
Sederet Fakta Tragis Joki Tong Setan Tega Bakar ‘Tuyul’ Rumah Hantu di Jaktim
Kuat dugaan, bocah yang tinggal di Jalan Panyalai, Kampung Baru Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang itu menjadi korban penganiayaan oleh seorang oknum polisi di Kota Padang, Sumatera Barat.
Afif tewas dengan kondisi penuh luka memar di tubuhnya, dan luka yang mengeluarkan darah di bagian belakang kepala dekat telinga.
Baca Juga :
Ketua DPRD Jambi Edi Purwanto Apresiasi Polisi atas Peluncuran Aplikasi Pelayanan Perizinan
Ayah korban, Afrinaldi, menyatakan bahwa sebenarnya Afif adalah anak yang sangat jarang keluar rumah, terutama saat malam apalagi sampai larut malam. Pada saat kejadian, itulah pertama kalinya Afif pulang larut karena ingin menonton pertandingan sepak bola.
“Malam itu saya menelepon pada jam 8 malam. Afif mengatakan sedang berada di kawasan Cengkeh. Pada jam 11 malam saya video call lagi, Afif mengatakan sedang berada di rumah teman. Dia ingin menonton pertandingan sepak bola. Saya bertanya kapan pulang, dia mengatakan jam 2 dini hari,” ujar Afrinaldi, Selasa, 25 Juni 2024.
Baca Juga :
Pasutri Selebgram Makassar Ditangkap gegara Bawa Kabur Uang Arisan, Dipakai Foya-foya
Afrinaldi juga memberikan pesan kepada anaknya untuk tidak pulang jika sudah larut malam. Karena ia khawatir anaknya menjadi korban perampokan.
“Saya katakan jangan pulang, nanti jadi korban perampokan. Tidur saja di sana. Afif kemudian WhatsApp, jika malam sekali tidur di pos ronda saja. Saya katakan kunci motor. Saya tidak terpikirkan bahwa akan terlibat dalam keributan, karena tidak pernah terdengar bahwa anak saya terlibat dalam keributan,” tegasnya.
Menurutnya, Afif biasanya lebih banyak waktu di rumah. Setelah pulang sekolah, dia hanya bermain hp di rumah dan kadang-kadang keluar hanya untuk bermain futsal.
Afif memang dikenal sangat gemar bermain futsal. Bahkan, di sekolahnya, dia ikut ekstrakurikuler sepak bola. Selain itu, dia juga mengikuti sekolah sepak bola. “Dia hobi olahraga. Anak yang baik, rajin di sekolah. Penampilan di lingkungan rumah seperti anak lainnya. Baik. Dia memang lebih suka di rumah,” kata Afrinaldi.
“Saya tidak yakin bahwa anak saya terlibat dalam keributan. Saya tidak pernah melihat anak saya berperilaku buruk. Afif juga penakut,” tambahnya.
Sementara kematian Afif Maulana masih menyimpan misteri, terutama kematian bocah yang masih duduk di bangku SMP tersebut dikaitkan dengan penganiayaan oleh oknum aparat Kepolisian karena terlibat dalam keributan pada Minggu dini hari.
Terkait kekerasan yang dialami remaja ini, Polda Sumatera Barat (Sumbar) telah menegaskan bahwa kekerasan yang dialami Afif tidak pernah terjadi.
Polisi menyatakan bahwa Afif diduga melompat dari atas jembatan karena takut dikejar oleh polisi yang sedang patroli dini hari untuk mencegah keributan.
Afif adalah anak dari Afrinaldi (36 tahun) dan Anggun Angriani (35). Keduanya sedang mencari keadilan atas penyebab kematian putra sulung mereka tersebut.
Karena, keluarga sangat tidak percaya jika Afif terlibat dalam keributan. Begitu juga klaim polisi bahwa penyebab kematian Afif hanya karena melompat dari atas jembatan penuh dengan kejanggalan.
“Kami meminta polisi untuk membuka kasus ini secara terbuka, jujur, dan transparan. Kami berharap ada keadilan, dan pelaku kekerasan tersebut dihukum,” ujar Afrinaldi.
“Kami tidak menerima kronologis yang disampaikan oleh pihak kepolisian. Karena banyak kejanggalan. Tidak masuk akal bagi kami jika anak saya melompat dan terlibat dalam keributan,” lanjutnya.
Afrinaldi mengungkapkan, dari keterangan rekan Afif yang dibonceng berinisial A, anggota polisi menendang sepeda motor yang mereka kendarai hingga terjatuh.
“Jika memang anak saya melompat, maka dia seharusnya ditemukan di sebelah kiri jembatan. Namun, dia ditemukan di bawah jembatan, di tengah,” katanya.
Selain itu, jika jatuh dari ketinggian jembatan, pasti ada tulang yang patah atau luka di kepala. Namun, tidak ada luka seperti itu saat Afif ditemukan.
“Tidak ada bercak darah. Menurut keterangan polisi, tulang rusuk yang patah. Polisi mengatakan bahwa penyebab kematian adalah tulang rusuk patah dan paru-paru robek,” ungkapnya.
Laporan: Wahyudi Agus/tvOne Padang
Halaman Selanjutnya
“Saya bilang jangan pulang, nanti dibegal. Tidur saja di sana. Afif lalu WhatsApp, kalau malam sekali tidur di pos ronda saja. Saya bilang kunci stang sepeda motor. Saya tidak ada kepikiran akan tawur, karena tidak pernah terdengar anak saya ini ikut tawur,” tegasnya.