Selasa, 30 April 2024 – 15:27 WIB
Jakarta – Presiden terpilih Prabowo Subianto mengaku hubungannya dengan Presiden Jokowi makin akrab. Saking akrabnya, Jokowi sudah tidak lagi memanggilnya dengan sapaan Pak Menhan. Jokowi sekarang panggil calon penggantinya itu dengan sebutan Mas Bowo.
Keakraban itu diceritakan langsung oleh Prabowo saat menghadiri halal bihalal yang digelar PBNU, di Jakarta, Minggu 28 April 2024. Selain Prabowo, Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka juga hadir.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menilai, panggilan Mas Bowo dari Jokowi sangat dalam. Kata dia, panggilan itu menunjukkan Jokowi dan Prabowo semakin akrab bahkan layak disebut sebagai ‘Dwi Tunggal’.
Menurutnya, kedua tokoh yang dulunya bertarung sangat sengit berkompetisi pada Pilpres 2014 dan 2019 itu, kini menjadi tidak bisa dipisahkan atau dipecah belah oleh pihak manapun.
“Dua-duanya kompak dan menurut saya cerita Pak Prabowo itu merupakan sinyal atau pesan terbuka kepada pihak di luar bahwa mereka berdua tidak bisa dipecah belah, dan Pak Prabowo tidak bisa dipaksa untuk memilih Pak Jokowi atau tokoh lainnya,” ujar Qodari, Selasa 30 April 2024
Keakraban itu, menurut Qodari, terlihat juga dari sikap Presiden Jokowi yang sengaja menyiapkan ketua umum partai Gerindra itu untuk menjadi presiden supaya dapat meneruskan agenda pembangunan Indonesia maju 2045.
Qodari juga mengatakan, secara pribadi Presiden Jokowi juga merasa cocok dan nyaman dengan Prabowo, sebab keduanya saling percaya dan saling mendukung.
Qodari menyampaikan dengan persahabatan tersebut ia meyakini proses transisi pemerintahan akan berjalan mulus dibandingkan dengan presiden-presiden sebelumnya.
Dia mencontohkan proses peralihan pemerintah tahun 2004 dari Megawati Soekarnoputri ke pesaingnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau juga sebaliknya pada tahun 2014 dari SBY atau Demokrat ke Presiden Jokowi atau PDI relatif berjalan kurang begitu mulus.
Sebaliknya perpindahan dari Presiden Jokowi ke Prabowo diprediksi akan lebih lancar karena keduanya masih dalam satu tim.
Bahkan Qodari mengusulkan dalam waktu 3 atau 4 bulan sebelum berakhirnya masa pemerintahan, Presiden Jokowi melakukan pergantian menteri di mana para menteri itu nantinya jika berkinerja bagus akan dilantik kembali oleh Prabowo.
“Bahkan mungkin ini satu usulan atau satu ide dari saya bahwa sebagian menteri-menteri Pak Prabowo itu sudah dipersiapkan dari zaman Pak Jokowi, nanti ada reshuffle kabinet kira-kira 3 atau 4 bulan sebelum berakhirnya masa Pak Jokowi,” usulnya.
“Lalu menteri-menteri ini ibaratnya probation atau percobaan pada pos masing-masing yang mereka ditunjuk dan mereka akan ditunjuk kembali oleh Prabowo. Kalau probationnya bagus atau yang untuk sukses. Jadi begitu dilantik oleh Pak Prabowo mereka akan dilantik lagi menjadi menteri setelah sebelumnya menjabat menteri 3 bulan di zaman Pak Jokowi, saya kira itu usulannya,” ujar Qodari.