Sabtu, 6 Januari 2024 – 20:30 WIB
Jakarta – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membeberkan kisah sukses Indonesia saat menjadi Presiden G20 2022 dan Ketua ASEAN 2023. Keberhasilan itu bukan hal yang mudah untuk diraih, karena Indonesia menjalankan amanahnya di tengah situasi geopolitik yang dinamis.
Baca Juga :
Jokowi Diagendakan Kunjungan ke Luar Negeri saat HUT PDI Perjuangan Pekan Depan
Di masa Presidensi G20 2022, stabilitas dan perdamaian dunia diuji dengan invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Hal itu memperumit hubungan luar negeri Rusia dengan negara-nagara Barat. “Tidak banyak pihak yang memperkirakan bahwa Indonesia akan dapat menyelesaikan tugas Presidensi G20 dengan baik. Karena situasi yang sangat sulit pada saat itu. Tetapi, dengan semua modal yang kita miliki, alhamdulillah dapat menyelesaikan Presidensi dengan sangat baik dan dapat apresiasi sangat tinggi,” kata Retno yang dikutip Sabtu, 6 Januari 2023
Baca Juga :
Prabowo Akan Blak-blakan Masalah Anggaran Pertahanan yang Sering Disoal, Menurut TKN
Setelah purna tugas memimpin forum 20 negara ekonomi terbesar di dunia, Indonesia pun menjadi Ketua ASEAN 2023. Situasinya juga tidak mudah, karena Indonesia dibebankan krisis politik Myanmar imbas kudeta junta militer pada 1 Februari 2021.
Baca Juga :
Menlu Retno Yakin Tahun 2024 Peran Indonesia Masih Dibutuhkan Dunia
Di samping itu, Indonesia juga memiliki cita-cita untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Visi itu bukan isapan jempol belaka, sebab Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling diuntungkan dengan kebijakan transisi energi. Indonesia, Thailand, dan Vietnam merupakan salah tiga negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yang merupakan komponen dasar untuk merangkai mobil listrik. “Tahun 2023 kita jadi Ketua ASEAN. Harapan publik dunia terhadap keketuaan Indonesia di ASEAN sangat tinggi. Pada saat yang sama, kita paham kalau tahun 2022 posisi dunia tidak baik, dan 2023 tidak lebih baik. Jadi saya ingin mengajak kita melihat, di tengah situasi yang tidak baik, kita kembali menjalankan tanggung jawab sebagai Ketua ASEAN,” ujar Retno. Posisi masing-masing negara, lanjutnya, terutama Barat dengan Rusia dan China, gap posisi mereka di banyak isu sangat besar. “Dengan semua aset yang kita miliki dan dukungan banyak pihak, Indonesia berhasil membawa ASEAN ke jenjang yang lebih tinggi, menjadikan ASEAN remains matters, menjadikan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth,” ujar Retno. Di luar itu, Indonesia juga membangun fondasi visi ASEAN 2045, guna meningkatkan ketahanan kawasan. Di bawah keketuaan Indonesia, Sekretariat ASEAN yang berlokasi di Jakarta Selatan kemudian ditetapkan sebagai ASEAN Headquarter. “Diskusi untuk mempersiapkan visi ASEAN 2045 pertama kali dilakukan di bawah keketuaan Indonesia. Termasuk memulai diskusi green and blue economy. Roadmap keanggotaan penuh Timor Leste juga sudah dibuat, tinggal diimplementasikan,” demikian Retno mengungkap pencapaian lainnya. Mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda dan Norwegia itu lantas mengutip salah satu publikasi di The Straits Times, yang menyebut bahwa sepak terjang Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 layak mendapatkan apresiasi. “Kepemimpinan Indonesia sangat krusial untuk mencegah balkanisasi ASEAN. Indonesia harus mendapatkan kredit atas usaha itu, karena tetap mempertahankan ASEAN di tengah lanskap geopolitik yang menantang,” kata Retno, mengutip pandangan seorang pakar dalam artikel tersebut. Terakhir, Retno turut menyatakan bahwa peran Indonesia di kancah global sekaligus membantah berbagai spekulasi, yang menyebut kebijakan luar negeri di bawah Presiden Joko Widodo akan lebih berorientasi ke dalam negeri. “Dari semua data yang kita miliki, kekhawatiran seputar Indonesia akan menjadi inward looking sama sekali tidak terbukti, bahkan kepemimpinan Indonesia diakui dunia. Karena pada saat kita memimpin, kita juga menyatukan perbedaan yang ada. G20 dan ASEAN benar-benar mencerminkan hal itu,” tutup Retno.